Budianto menolak warung soto bergeraknya.Melalui jalan panjang dengan deretan lampu jalanan yang kekuning lemah.
Budianto menolak warung soto bergeraknya.Baru suku jalan panjang dilalui.
'Mas, jual apa ya?' tiba tiba suara perempuan dibelakang Budianto.
Budianto menolak sedikit laju warung soto bergeraknya.Gila apa sih ini?Masakan ada cewek ditengah tengah jalan malam malam begini?
'Mas, berhenti kok Mas.Saya mau nanya(tanya) ni..' lagi lagi suara itu.
Budianto terasa warung soto bergeraknya berat tiba tiba.Jantung terasa mahu meletup.Darah naik dari hujung kaku ke hujung kepala.
'Berhenti iya Mas?Berhenti. Adik mau nanya ni.' lembut lembut. Namun ini tengah malam, suara lembutan begitu pun kalau sih dengar malam malam seorang seorang pasti pikirin itu bukan manusia?
'Sundel bolong kah?Kuntilanak kah?Setan Budeg (bisu tuli) kah?Kalau setan budeg kok bisa bicara manggil manggil orang?' bermonolog Budiman dalam hati tikus beliau.
Jadi apa ia?
Aduhh.Warung sotonya tidak bisa bergerak nih.Sehabis nyawa ditolak masih saja tidak bergerak. Umpama melekat terus dengan tanah.
'Mas jual apa ya?Saya kok lapar ni.Malam malam begini sih lapar, mujur Mas lalu disini....' suara semakin dekat dibelakang Budianto. Kalau dipusing belakang, pasti muka terus bertemu muka.
'Jual apa Mas?' garau tiba tiba suara perempuan tadi. Garau segarau garaunya. Kasar.
'So so so so to.....' jawab Budianto tanpa terasa mahu melihat kebelakang.
'Bilang aja jual soto.Beri saya semangkuk' suara perempuan tadi. Masih aja garau.
'Lah kok banci (pondan) yang panggil gue tadi?Gue pikiran setan Sundel Bolong tadi manggil manggilin gue!!!' kata Budianto mengakhiri cerita ini
Kredit foto- http://nanirostam.blogspot.com/2012/04/kasihnya-ibu.html